Budaya Batak adalah budaya salah satu dari enam suku batak yang bermukim di provinsi Sumatra Utara dan Nanggröe Aceh Darussalam.
A. Rumpun Bahasa Batak
Bahasa batak sebenarnya merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang berkerabat yang dituturkan si Sumatra Utara. Mereka menggunakan aksara Batak.
Bahasa Batak bisa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Bahasa Batak Utara
o ) Bahasa Batak Alas-Kluet
Bahasa Batak Alas-Kluet adalah sebuah bahasa yang dituturkan di timurlaut Tapaktuan dan di sekitar Kutacane, Aceh. Pada tahun 2000, jumlah penutur bahasa ini mencapai 195.000 jiwa. Banyak orang menolak label "Batak" karena alasan konotasi budayanya. Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini merupakan bahasa tunggal atau bukan.Bahasa ini memiliki 3 dialek: dialek Alas, dialek Kluet, dan dialek Singkil atau Kade-Kade. Dialek Alas mungkin serupa dengan Bahasa Batak Karo, sementara dialek Kluet dan Singkil cenderung dekat dengan Bahasa Pakpak.
o ) Bahasa Batak Dairi (Pakpak)
Bahasa Pakpak dipakai oleh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat di Sumatera Utara dan sebagian wilayah kabupaten Singkil daratan di Aceh.
Bahasa Pakpak juga terdapat di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.
o ) Bahasa Batak Karo
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara diIndonesia.
2. Bahasa Batak Simalungun
Bahasa Simalungun atau sahap Simalungun (dalam bahasa Simalungun) adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai,Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Tapanuli di Indonesia.
Penelitian P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaarSimalungun tahun 1937) menyatakan bahwa bahasa Simalungun merupakan bagian dari rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang mempengaruhi banyak bahasa daerah lain di Indonesia.
Kedekatan ini ditunjukkan dengan huruf penutup suku mati:
- "Uy" dalam kata babuy dan apuy.
- "G" dalam kata dolog.
- "B" dalam kata abab.
- "D" dalam kata bagod.
- "Ah" dalam kata babah atau sabah.
- "Ei" dalam kata simbei.
- "Ou" dalam kata lopou atau sopou.
Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, namun Uli Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun selatan yang berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing. Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan bahasa Toba atau Karo yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, namun Pdt. Djaulung Wismar Saragih menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa Simalungun dan Toba namun memiliki makna yang berlainan.Henry Guntur Tarigan membedakan dialek bahasa Simalungun ke dalam 4 macam dialek, yaitu :
- Silimakuta.
- Raya.
- Topi Pasir (Horisan).
- Jahe-jahe (pesisir pantai timur)
3. Bahasa Batak Selatan
o ) Bahasa Batak Angkola
Bahasa Batak Angkola adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa Batak Toba, disamping letak geografis yang berdekatan bahasa Angkola sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi daerah Padangsidempuan, Batang Toru, Sipirok, seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan.
o ) Bahasa Batak Mandailing
Bahasa Mandailing, merupakan rumpun bahasa Batak, dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing-Natal tapi tidak termasuk bahasa Natal.
o ) Bahasa Batak Toba
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang dipertuturkan di daerah sekitarDanau Toba dan sekitarnya, termasuk Pulau Samosir, Sumatera Utara.
B. Abjad Batak
1. Surat Batak
Surat Batak adalah nama aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Batak. Surat Batak masih berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis besar, ada empat varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi, Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu, yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak.
2. Ciri Khas
Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a]. Namun dengantanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah.
Huruf vokal dan konsonan dalam aksara Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak biasanya ditulis pada bambu/kayu.Penulisan dimulai dari bawah ke atas, dan baris dilanjutkan dari kiri ke kanan.
3. Jenis aksara dan Penyebarannya
Setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun bahasa Batak, yaitu: Karo (Sumatra Tengah dan Utara), Toba (Sumatra Utara), Dairi (juga disebut Pakpak; Sumatra Utara), Simalungun atau Timur (juga disebut Simelungan; Sumatra Utara), dan Mandailing (Sumatra Utara).
4. Penggunaan
Penulisan huruf surat batak secara garis besar terbagi dalam dua kategori, yaitu ina ni surat dan anak ni surat.
4.1 Ina ni surat
Ina ni surat merupakan huruf-huruf pembentuk dasar huruf aksara Batak. Selama ini, ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha/ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u. Nda dan Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi Batak Toba.
|
|
4.2 Anak ni surat
Anak ni surat dalam aksara batak adalah komponen fonetis yang disisipkan dalam ina ni surat (yang juga disebut tanda diakritik) yang berfungsi untuk mengubah pengucapan/lafal dari ina ni surat. Tanda diakritik tersebut dapat berupa tanda vokalisasi, nasalisasi, atau frikatif.Anak ni surat ini terdiri dari:
- Bunyi [e] (hatadingan)
- Bunyi [ŋ] (paminggil)
- Bunyi [u] (haborotan)
- Bunyi [i] (hauluan)
- Bunyi [o] (sihora)
- Pangolat (tanda untuk menghilangkan bunyi [a] pada ina ni surat)
Seperti halnya ina ni surat, anak ni surat dalam aksara Batak juga disusun menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: [e], [i], [o], [u], [ŋ], [x]. Tanda diakritik juga memiliki varian bentuk antara suatu daerah dengan daerah lainnya yang menggunakan aksara yang sama. Di bawah ini disajikan contoh penggunaan tanda diakritik dengan huruf Ka, dan varian tanda pangolat.
|
|
C. Seni
Seni adalah suatu tehnik pengungkapan diri, misalnya seni musik, seni lukis, dll. Seni musik adalah tehnik pengungkapan diri melalui suara musik yang indah. Seni lukis adalah tehnik pengungkapan diri melalui lukisan.
Budaya adalah cara hidup sekelompok orang yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kelompok lain.
Jadi Seni Budaya Batak adalah suatu tehnik pengungkapan diri berdasarkan cara hidup sekolompok orang yang menamakan dirinya Suku Batak, yang memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh suku lain dari negara manapun.
Contoh Seni Budaya Batak adalah musik tradisional batak yang sampai saat ini masih tetap bertahan. Jenis Musik ini sangat khas dan tidak dapat ditemukan pada suku lain diseluruh dunia. Menurut Drs. Bonar Gultom, salah seorang yang mengerti seni budaya batak, tidak semua lagu batak adalah musik tradisional batak. Jika nada-nada yang diperdengarkan masih dapat ditemukan pada lagu–lagu lain, berarti itu bukan musik tradisional batak, tapi jenis musik yang diimport oleh orang batak.
Selain dibidang musik, suku batak masih banyak memiliki adat istiadat yang sampai saat ini masih bertahan walaupun akhir-akhir ini banyak mendapat serangan dari pihak-pihak yang merasa dirinya lebih beriman.
Salah satu contoh adat istiadat batak adalah "Dalihan Natolu". "Dalihan Natoulu" ini melambangkan sikap hidup orang batak dalam bermasyarakat.
"Dalihan Natolu" yaitu :
1. Somba mar-Hula-Hula. "Hula–Hula" adalah Orang tua dari wanita yang dinikahi oleh seorang pria, namun hula-hula ini dapat diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita yang dinikahi oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Somba mar-Hula-Hula artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya.
2. Elek marboru. Boru adalah anak perempuan dari suatu marga, misalnya boru gultom adalah anak perempuan dari marga Gultom. Dalam arti luas, istilah boru ini bukan berarti anak perempuan dari satu keluarga saja, tetapi dari marga tersebut. Elek marboru artinya harus dapat merangkul boru. Hal ini melambangkan kedudukan seorang wanita didalam lingkungan marganya.
3. Manat mardongan tubu. Dongan Tubu adalah saudara-saudara semarga. Manat Mardongan Tubu melambangkan hubungan dengan saudara-saudara semarga.
Dalihan Natolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah adat "Mangulosi" dalam pesta perkawinan orang Batak. Apakah artinya? Mangulosi ini adalah menyelimutkan ulos kepada kedua mempelai yang melambangkan pemberian restu orang tua kepada anaknya.
Jika ditelaah lebih dalam, seni budaya batak yang sudah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu itu banyak mengandung segi positifnya. Namun ada beberapa hal negatif dari budaya batak yang harus kita tinggalkan, misalnya budaya banyak bicara sedikit bekerja. Memang orang batak terkenal pintar berbicara. Hal ini terlihat dari banyaknya pengacara-pengacara batak yang sukses. Akan tetapi kepintaran berbicara ini sering disalahgunakan untuk membolak-balikan fakta. Yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa jadi hitam ditangan pengacara batak (walaupun tidak semua).
Hal lain yang negatif adalah budaya "HoTeL". HoTeL adalah singkatan dari :
Hosom yang artinya dendam. Konon orang batak suka mendendam sesama saudara
Teal yang artinya sombong, yang dapat terlihat dari cara bicara, sikap hidup, dll.
Late yang artinya Iri Hati.
Apakah HoTeL ini hanya ada pada orang Batak saja?
Kita sebagai generasi muda harus dapat mempertahankan budaya yang positif dan meninggalkan yang negatif.
(sumber : www.wikipedia.org/wiki/Budaya_Batak ; Bahasa- bahasa Batak di ethnologue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar